Saturday, November 15, 2014

Pengaruh Iklim Bagi Manusia (Kesehatan dan Bangunan Rumah)

Pengaruh Iklim Bagi Kesehatan Manusia
Iklim berpengaruh terhadap kesehatan manusia karena :
·         Reaksi setiap orang terhadap kondisi iklim berbeda – beda.
·         Kesehatan manusia tergantung dari lingkungan sekitarnya ( seperti lingkunagn fisis, manusia lain, perubahan cuaca, dll).
·         Gaya hidup, entah itu pola dan jenis makanan, fasion ( gaya berbusana ) , cara betindak dan bertingkah laku, dan sebagainya di tentukan oleh kondisi iklim di suatu daerah. Bila gaya hidup seseorang tidak sesuai dengan kondisi tempat dan cuaca maka akan mudah terserang penyakit.
·         Iklim tidak hanya merugikan manusia. Namun, ada beberapa unsur iklim yang dapat dimanfaatkan untuk membantu tubuh dalam pencegahan penyakit. Unsur iklim tersebut antara lain : udara segar, sinar matahari, suhu yang sejuk, dam kelembaban nisbi yang sedang.

DAERAH PANAS
a.      Pengaruh Radiasi
Radiasi matahari yang kuat dapat menimbulkan penambahan radiasi ultraviolet, sehingga mengakibatkan kebakaran pada kulit dan dapat memacu terjadinya kanker kulit, selain itu dapat menyebabkan conjunctivitis, yaitu penyakit mata dimana conjunctivanya meradang. Gelombang panas yang juga meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering).
b.      Pengaruh Suhu
Suhu ekstrim sering menimbulkan sakit. Sengatan panas terjadi jika tubuh tidak mampu menghilangkan panas apabila suhu udara nisbi tinggi diatas suhu tubuh, peristiwa ini dapat menimbulkan kematian. Bila tubuh menderita kehilangan air dan garam terlalu banyak pada waktu berkeringat, maka akan terjadi kejang atau kram. Suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan pembentukan polutan udara selain karbondioksida. Gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti minyak dan batu bara menambah polusi udara. Paparan polutan tersebut dapat menyebabkan udara panas terperangkap dan mengikat zat-zat beracun dan memperberat penyakit kardiovaskular dan pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian dini.
c.     Pengaruh Kelembaban
Keadaan suhu dan kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan meletusnya bintik-bintik kulit yang sangat gatal, misalnya kudis. Hal ini dapat dihindari dengan memindahkan penderita ketempat lain yang iklimnya lebih sehat. Keadaan yang panas disertai kelembaban yang sangat rendah dapat mengakibatkan pecah-pecah pada kulit dan bibir, selain itu dapat menimbulkan pendarahan pada hidung.
d.      Pengaruh Tekanan Udara
Tekanan udara ada hubungannya dengan ketinggian, tekanan udara berkurang dengan bertambahnya ketinggaian suatu tempat. Ditinjau dari segi tekanan atmosfer, tidak mungkin manusia akan hidup atau tinggal secara terus menerus pada daerah dengan ketinggian diatas 17.000 kaki atau 5.180 m karena atmosfernya menipis sehingga jumlah zat asam yang dibutuhkan sangat kurang.
e.     Curah Hujan
   Curah hujan yang banyak dengan hujan yang terus menerus dapat menimbulkan banjir. Adanya banjir dapat memberikan tempat yang sesuai untuk nyamuk berkembang biak sehingga jumlahnya bertambah. Banjir juga menimbulkan penyakit menular seperti leptospirosis akibat adanya kontaminasi air dengan kotoran tikus. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tercemarnya air dengan mikroorganisme patogen umumnya terjadi di negara-negara miskin, dimana pasokan air dan sanitasi tidak adekuat. Berbagai penyakit menular dan penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan saluran pernapasan, scabies, tifoid, dan penyakit lainnya mengancam warga pasca banjir.  Sedangkan kekeringan menyebabkan kurangnya air yang tersedia untuk mencuci dan sanitasi serta meningkatkan resiko terjadinya penyakit menular. Kekeringan juga menyebabkan panen terancam gagal dan produksi panen menurun, Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan dan kelaparan yang mengarah pada terjadinya penyakit dan malnutrisi yang pada akhirnya meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit.

Vector borne disease (VBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh gigitan infeksi spesies-spesies arthropoda, misalnya nyamuk, lalat, kutu, kepinding, dan sebagainya. Di timur laut Amerika, ditemukan bukti respons genetik (mikro evolusioner) dari spesies nyamuk Wyeomia smithii untuk meningkatkan jumlah mereka dan mereka dalam dua dekade ini muncul di musim semi lebih awal. Walaupun spesies itu bukan merupakan vektor yang dapat menyebarkan penyakit ke manusia, tetapi spesies ini memiliki hubungan yang dekat dengan spesies vektor arbovirus lainnya yang dimungkinkan mengalami perubahan/evolusi genetis juga. Selain itu perubahan distribusi geografis vektor sandfly dilaporkan terjadi di Eropa selatan. Akan tetapi, belum ada penelitian yang spesifik meneliti kausa perubahan distribusi tersebut.

Virus berbasis vektor lainnya yang palin menjadi pusat perhatian seluruh dunia adalah dengue. Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada hubungan antara kondisi spasial, temporal, atau pola spasiotemporal terhadap dengue dan iklim. Telah diketahui bahwa curah hujan yang tinggi serta suhu yang hangat dapat meningkatkan transmisi virus ini.

Ada 4 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi hubungan antara manifes kesehatan dan pajanan oleh perubahan curah hujan, ketersediaan, dan kualitas air:
1.         Hubungan antara ketersediaan air, akses air bersih di perumahan, dan beban kesehatan akibat penyakit diare
2.         Peran curah hujan ekstrim (lebatnya curah hujan dan kekeringan) dalam memfasilitasi kejadian luar biasa water borne disease lewat suplai air lewat jaringan pipa ataupun air permukaan.
3.         Efek suhu dan runoff dengan kontaminasi bahan kimia dan mikrobiologi pada garis pantai, tempat rekreasi, dan air permukaan
4.         Efek langsung suhu pada insidens diare.

DAERAH DINGIN
Di daerah dengan suhu rendah tidak banyak mendatangkan penyakit, masalah terbesarnya hanya bentuk penyesuaian tubuh pada kondisi yang sangat dingin, keadaan suhu yang sangat dingin dapat menimbulkan radang kedinginan yang sangat berbahaya terutama sakit radang paru-paru (pneumonia). Sakit radang paru-paru banyak ditemukan di tanah tinggi Bolivia pada waktu musim dingin sering dikenal sebagai musim kematian, juga seringnya terdapat orang – orang yang terkena penyakit hipotermia. Selain itu jika tubuh tidak bisa beradaptasi dengan baik maka akan sering kram di bagian-bagian tertentu pada tubuhnya. Iklim laut dengan kelembaban yang tinggi dan musim dingin yang lembab dapat menimbulkan penyakit encok dan penyakit tulang.

Dekade ini, dunia digemparkan dengan munculnya fenomena perubahan iklim. Beberapa tanda terjadinya perubahan iklim di antaranya adalah tidak menentunya pergantian musim dari penghujan ke kemarau, pola terbang burung, suhu dunia yang semakin memanas, dan sebagainya. Para ahli menyatakan bahwa penyebab utama terjadinya perubahan iklim adalah terjadinya pemanasan global akibat gas rumah kaca (GRK).

Sekarang ini, perubahan iklim menjadi kontributor utama terjadinya kematian dini dan global burden of disease (beban global penyakit). Manusia terekspos dampak perubahan iklim lewat perubahan pola cuaca (misalnya perubahan suhu udara, presipitasi, meningkatnya level permukaan air laut, dan sering munculnya kejadian-kejadian ekstrim seperti badai, dll) dan secara tidak langsung lewat perubahan kualitas air, udara, makanan, dan ekosistem (Confalonieri dkk, 2007: hlm. 393)

Pengaruh Iklim Untuk Bangunan Rumah
Profesor Gerd Jendritzky memberikan statementnya  yaitu :
“Cara-cara yang dapat dilakukan misalnya dengan mengubah tata kota, menambah jalur hijau dan menyesuaikan arsitektur gedung-gedung. Sebagian besar rumah adat dibangun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan iklim atau cuaca setempat. Rumah-rumah harus disesuaikan agar tahan cuaca yang esktrem, baik itu suhu sangat dingin maupun sangat panas.“
Dari kutipan diatas dapat dikatakan bahwa bangunan rumah cukup berpengaruh terhadap penyesuaian manusia terhadap iklim yang ada di daerahnya yang juga akan berimbas pada kesehatannya. Berikut pemaparannya :
Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik dengan cara menanggulangi tekanan iklim yang ada. "Stress" yang terjadi harus seminimal mungkin. Suatu sistem guna mencapai kondisi keseimbangan antara iklim dan arsitektur sulit sekali untuk diketengahkan. Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur, dilakukan dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim yang ada, seperti angin, suhu udara, dan lain-lain, sehingga akhirnya manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan.
Kenyamanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Ke
nyamanan thermal (kenyamanan temperatur panas)
2. Kenyamanan visual (kenyamanan yang ditonjolkan dari seni bangunan)
3. Kenyamanan Audial
( keleluasan bangunan)
Dalam hal ini terutama membahas masalah
kenyamanan termal pada bangunan kecil (tempat tinggal).

Ø Kenyamanan Thermal
Ke
nyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya.
Dalam proses perancangan
arsitektur dengan memakai pendekatan iklim, terdapat variabel yang dominan, yaitu:
-
Iklim
Gambaran
iklim harus diketahui dengan baik. Karakteristik tahunan atau harian dan masing-masing data di analisa sehingga dapat diketahui ciri-ciri utama dari iklim setempat. Data-data tersebut meliputi:
- suhu udara (T, derajat Celcius)
- kelembaban relatif (RH)
- radiasi matahari (MRT, derajat Celcius)
- kecepatan angin yang ada (V, m/dt)
-
Biologi

Karakter iklim tersebut di atas kemudian dianalisa menurut syarat-syarat kenyamanan bagi manusia sebagai pemakai bangunan. Sehingga dapat diketahui kelakuan iklim tersebut. Selanjutnya akan bermanfaat untuk perancangan bangunan.
- Teknologi
   Apabila telah diketahui iklim yang ada dan iklim yang dikehendaki untuk kenyamanan,         selanjutnya dengan teknologi yang ada perancangan bangunan dapat diterapkan secara         kuantitatif.

Thermal comfort dapat diperoleh dengan cara mengendalikan atau mengatasi hal-hal berikut:
1. Sumber panas
(pembakaran karbohidrat dalam makanan, suhu udara, radiasi matahari). Untuk itu harus ada heat transfer (menurunkan atau pertukaran panas) dari tubuh ke lingkungan, dengan cara:
·           Konduksi
Misalnya dengan memegang benda yang dingin atau berpindah ke tempat yang lebih dingin. Penurunan panas yang terjadi sangat kecil.
·           Konveksi
Pertukaran udara melalui fluida bergerak. Penurunan panas yang terjadi 40%. Misalnya, saat kepanasan kita keluar untuk mencari udara segar atau fluida bergerak.
·           Radiasi
Penurunan panas yang terjadi 40%. Radiasi matahari diatasi dengan menjauhi radiasi tersebut, atau dengan mengurangi makan, sebab makanan menaikkan suhu tubuh.
·           Evaporasi
Memperbanyak penguapan. Penurunan panas 20% (kipas-kipas untuk mempercepat evaporasi).
2.   Kelembaban
Harus mengkondisikan atau mengendalikan kelembaban yang berasal dari:
- Keringat - Benda-benda
- Sumber kelembaban - Sumber air
- Tanaman
Teknologinya dengan memakai dehumidifier (AC), mengatur kelembaban supaya sesuai dengan yang diinginkan.
    Cara mencapai comfort dilakukan dengan mengendalikan penguapan dan sumber kelembaban,      yaitu:
o   Penguapan: keringat diuapkan
o   Pengeringan: sumber air yang tidak perlu, dikeringkan
o   Pengembunan (kondensasi): dengan AC pada udara jenuh
o   Penyerapan (absorbsi)
3. Angin
Terjadi angin karena adanya beda tekanan:
o   Gaya angin (perbedaan tekanan udara)
o   Gaya suhu (perbedaan suhu udara)
Gaya angin lebih besar daripada gaya suhu.
Contohnya pada proses stack effect.
3.   Radiasi Panas
Sumber:
- Sinar matahari langsung dan tak langsung (pemantulan dan konduksi)
- Pembakaran
Hal tersebut harus dikendalikan untuk meningkatkan kenyamanan salah satunya adalah dengan teknologi passive cooling melalui:
o  Penambahan shading untuk mengatasi sinar langsung.
o  Insulasi panas untuk radiasi yang menembus.
o  Permukaan sebagai diffuser untuk radiasi tidak langsung.
o  Vegetasi, atap dengan ventilasi untuk konveksi.
Untuk permukaan tanah yang tidak menyerap panas dipakai sistem lantai panggung (mengatasi radiasi dari tanah)


Tingkat Perencanaan Lingkungan Binaan dalam Aspek Kenyamanan Thermal
Aspek kenyamanan thermal untuk perencanaan lingkungan binaan mencakup:
1. Eksterior bangunan
2.Interior
3.Selubung bangunan
Perencanaan terhadap masing-masing cakupan di atas berkaitan dengan bentuk bangunan, seperti: ketinggian lantai bangunan, bentuk massa dan dimensi bangunan.

Perencanaan untuk Bangunan Satu Lantai Eksterior Bangunan
Gubahan massa bangunan, merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan.
Gubahan massa sendiri dipengaruhi oleh:
- Bentuk bangunan
- Jarak bangunan
- Ketinggian bangunan
- Kondisi bangunan di sekitarnya
- Vegetasi (penutup tanah, perdu, pohon, dan lain-lain)
- Bentang alam (danau, sungai, tebing, bukit, dan jurang)
- Kondisi iklim mikro
- Perkerasan tanah.
Gubahan massa bangunan bertujuan untuk:
- Mengendalikan radiasi matahari
- Mengendalikan angin dan kelembaban.
Pada bangunan satu lantai, udara yang masuk adalah udara lembab yang menimbulkan dan meningkatkan kelembaban udara dalam ruangan. Penambahan vegetasi pada
ruang luar harus diperhitungkan supaya pengaliran udara ke dalam bangunan dapat berfungsi.
Jarak vegetasi ke bangunan (s), tergantung dari tinggi (h). Pertimbangan terhadap vegetasi sama halnya ketika kita membicarakan pagar bangunan.
Pagar menghalangi aliran udara ke rumah
Ketinggian dan bentuk pagar jangan sampai menghalangi pengaliran udara ke bangunan.
Pagar sirip dapat mengalirkan aliran udara ke rumah
Rumah ditinggikan dari tanah, sehingga pagar tidak menghalangi pengaliran udara
.

Interior Bangunan
Pada siang hari terjadi proses pemanasan, dan pada malam hari terjadi pelepasan panas (pendinginan). Proses pendinginan secara berantai (melalui fase-fase) pada bangunan satu lantai tetap efektif, tapi tidak untuk bangunan berlantai banyak. Massa udara menghambat radiasi dan konduksi, digantikan dengan konveksi. Kondisi ini disebut dengan efek termos. Jadi, semakin banyak udara akan menguntungkan.
Untuk memahami secara baik bagaimana pengaruh
lingkungan luar terhadap bangunan, dapat diketahui dengan memahami bagaimana perambatan panas yang terjadi pada bangunan.
Pada dasarnya perambatan panas terjadi secara bertingkat.
Perambatan panas tersebut berupa:
1. Konveksi
2. Radiasi
3. Konduksi (atap - dinding)
4. Evaporasi
Bentuk bangunan, seperti bentuk atap, dapat mempengaruhi perambatan panas pada bangunan. Bangunan dengan bentuk atap datar akan menghantarkan radiasi yang lebih besar daripada bangunan dengan bentuk atap miring. Hal ini disebabkan karena pada bangunan dengan atap datar, panas yang diradiasikan ke dalam bangunan jatuhnya tegak lurus dan langsung masuk ke fase 2.
Sedangkan pada bangunan dengan atap miring, panas yang masuk terlebih dahulu masuk ke dalam ruang atap, ditahan dulu oleh udara (mengalami konveksi), sehingga panas yang masuk ke fase 2 lebih kecil.
Selain bentuk bangunan, bentuk ruangan juga berpengaruh terhadap kenyamanan. Berikut ini. kita lihat perbandingan kenyamanan pada beberapa bentuk ruang dengan luas yang sama.
Bentuk lingkaran merupakan bentuk ruang yang memiliki kenyamanan yang paling tinggi, karena zona pori-porinya kecil dan jaraknya sama rata dari titik pusat geometri.Pada bentuk persegi panjang, orientasi mempengaruhi kenyamanan. Pada kotak A, zona pori-pori lebih besar dari kotak B, sehingga kotak B lebih nyaman.

Selubung Bangunan
Aspek interior, eksterior dan selubung bangunan dapat saling mempengaruhi dalam perencanaan bangunan. Untuk memperoleh kenyamanan, bangunan yang mempunyai ruang kecil-kecil akan mempunyai dinding yang tebalnya berbeda dengan bangunan yang mempunyai ruang-ruang yang besar.
Hal i
ni disebabkan karena bangunan dengan ruang-ruang yang kecil, dindingnya akan menyimpan panas yang lebih besar.
Sedangkan bangunan dengan ruang yang lebih besar, lebih lambat panas dan lambat dingin (time lag besar).
Untuk bangunan kecil, kenyamanan termal dapat dicapai dengan:
1. Dinding lebih tipis, volume dinding berkurang
2. Menggunakan material dinding dengan kapasitas panas (kemampuan menyimpan panas) kecil. Kapasitas panas berhubungan dengan massa jenis. Massa jenis A lebih besar dari massa jenis B, setara dengan kapasitas panasnya.
3. Menggunakan material dinding dengan konduktivitas panas (kemampuan menyalurkan panas) besar
.
Untuk pemilihan bahan, kriteria yang harus diperhatikan:
1. Bangunan kecil:
- Konduktivitas panas besar
- Kapasitas panas kecil
Pilihan bahan dapat berupa:
- Bambu atau kayu, karena bersifat insulasi, yaitu kapasitas panas kecil dan konduktivitas panas kecil
.
- Hindari bahan logam, karena bersifat konduktor, yaitu kapasitas panas besar dan konduktivitas panas juga besar.
2. Bangunan besar:
- Konduktivitas panas boleh besar
- Kapasitas panas boleh besar
Pilihan bahan dapat berupa batu kali, bata, semen, seng, dan bahan – bahan lainnya.
Untuk bangunan besar bahan yang dapat digunakan lebih bervariatif karena ruangnya lebih luas.

Klasifikasi Ikim Untuk Perumahan
1.      Daerah Tropis
Daerah tropis dapat dibedakan menjadi lima bagian utama, yaitu: (1) terik lembab, (2) Kepulauan Tropis, (3) terik kering, (4) savana atau padang rumput, (5) tanah tinggi.
            Di daerah terik lembab banyak terdapat tumbuh-tumbuhan yang rapat sehingga tersedia kayu yang memungkinkan penduduk membangun rumah untuk melindungi diri dari binatang buas dan insekta.
Daerah kepulauan tropis banyak mempunyai pola yang sama dengan daerah terik lembab, hanya bedanya disini pengaruh angin darat dan angin laut lebih tegas. Rumah biasanya dibuat dengan bmbu yang dapat dengan mudah dinaikan pada waktu hujan lebat dan dapat diturunkan kembali. Rumah biasanya terdiri dari satu kamar agar dapat mengambil manfaat pengaruh angin.
Pada daerah terik dankering, setengah kering (semiarid), dan gurun, radiasi matahari sangat kuat sehingga perlu dilindungi. Rumah dibangun dari bata merah yang memberikan isolasi. Rumah dibangun dengan banyak loteng untuk memanfaatkan angin dan memberi bayang-bayang pada bagian bawah. Rancanagan harus sedemikian rupa untuk menjauhi panas siang hari sehingga diperoleh bayang-bayang (tempat teduh) misalnya jendela kecil, atap dan dinding dicat putih. Jendela kecil juga bertindak sebagai perlindungan terhadap badai pasir atau badai debu yang menyerang.
Rumah didaerah savana menggabungkan karakteristik daerah terik-lembab dan terik-kering. Di daerah savana, biasanya terdapat pohon kayu dan belukar tetapi pada kenyataannya potongan kayu berukuran besar dan bahan lainnya mengandung air cukup banyak sehingga merekah karena efek perubahan musim. Oleh kerena itu tempat tinggal mereka di buat dari bahan campuran lumpur dan rumput dan dibangun dibawah perlindungan bayang-bayang pohon yang dikelilingi oleh duri untuk melindungi mereka dari binatang buas.
            Di daerah tanah tinggi, yaitu tempat yang suhunya berkurang dengan bertambahnya ketinggian, diperoleh rasa kenyamanan. Untuk  menghindari udara yang dingin rumah dibangun dengan isolasi yang baik dan terlindung dari angin yang lazim terdapat.
Tipe Rumah Tropis


2.      Daerah subtropis
Daerah subtropis dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama yaitu (1) iklim mediterania (2) daerah pantai timur (3) daerah gurun.
Semua daerah ini sering mendapat radiasi matahari yang sangat terik pada musim panas karena itu rumah disini sebaiknya dibuatkan bayang-bayang (tempat teduh), sedikit penetrasi dan permukaan berwarna putih.
            Bangunan di daerah mediteran mempunyai kemiripan dengan daerah terik-kering didaerah tropis, karena pada musim panas tiba menjadi teri dan kering, tetapi untuk mengatasi musim dingin dibuat perlindungan yang lebih kuat.
            Daeah pantai timur mempunya lebih banyak curah hujan sehinga bangunan disini harus lebih kuat agar terlindung dari hujan lebat.
            Gurun merupakan daerah dengan suhu paling tinggi di muka bumi dan disini sangat jarang tumbuh-tumbuhan sehingga para kelana harus memakai kulit binatang untuk melindunginya. Tenda mereka biasanya dapat diangkat pada sisinya sedemikian rupa sehingga memperoleh mafaat dari setiap angin yang berhembus.
Tipe Rumah Mediteran




Tipe Rumah di Daerah Gurun


3.      Daerah dingin
Rumah disini biasanya kecil sehingga ada pengawetan panas radiasi matahari tidak pernah mejadi masalah bahkan sebaiknya rumah dibangun dengan mengambil manfat dari sinar matahari. Jika penerangan cahaya matahari tidak diperlukan pada waktu tertentu maka tirai dapat digunakan untuk melindunginya.


4.      Daerah sangat dingin
Di daerah hutan biasanya mempunyai atap runcing untuk mencegah tumpukan salju. Timbunan salju dapat menimbulkan masalah daerah yang sangat dingin karena adanya beban tambahan. Dengan membuat rumah dari salju akan membuat suhu ruangan didalamnya naik 15derajat dari suhu di luar rumah salju.
Orang Eskimo membuat jenis rumah didaerah yang sangat dingin dengan bentuk lingkaran bergaris tengah kira-kira 10 kaki, dibangun dari balok salju atau batu, balok kayu atau tulang-tulang ikan paus yang dibungkus dengan kulit binatang. Jalan masuk berbentuk terowongan dan pada salah satu bidang dalam rumah ada ruang untuk lampu. Panas dari lampu ini akan naik sehinga menambah kehangatan di bagian dalam rumah.


Rumah Tipe Iklim Sangat Dingin (Iglo/ Rumah Suku Eskimo)

sumber:
Adyatma, Sidharta.2010.BAHAN AJAR KLIMATOLOGI. Banjarmasin.

adabisnis.com/7-gambar-mengerikan-akibat-global-warming/
(Berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment