TANAH ALFISOL
Yaitu tanah-tanah yang menyebar di daerah-daerah semiarid (beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap).Tanah ini terbentuk dari proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman. Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral. Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan.
Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat tergantung dengan umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak dan mempunyai liat pada pod surfaces (Hakim, dkk, 1986).
Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Lopulisa, 2004).
Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna tanah adalah coklat sampai merah. Tekstur agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsure hara tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat tinggi (Sarief, 1985).
Kapasitas Tukar Kation tanah adalah jumlah muatan negatif tanah baik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) muatan koloid organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Baha organik tanah
Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+ dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekuivalen) yang dapat diserap oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 gram) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat di dalam larutan tanah (Foth, 1991).
Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun untuk genesis tanah. Beberapa pengukuran KTK tanah telah dilaksanakan dengan hasil yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
o KTK bervariasi sesuai dengan pH. Oleh karena itu dalam menentukan KTK di laboratorium harus dijelaskan pada pH berapa KTK tersebut ditentukan. Beberapa tanah menunjukkan KTK rendah pada pH lapang (pH rendah) tetapi tinggi pada pH tinggi, misalnya pada pH 8,2. Hal ini disebabkan karena perbedaan daya reaksi kation-kation dengan koloid tanah yang ada apakah kolid-koloid tersebut berupa mineral liat kristalin, hidroksida, senyawa amorf atau bahan organic. Penentuan KTK pada pH 7 banyak dilakukan.
o Hasil analisis KTK dapat berbeda karena kation yang dipergunakan untuk mengganti kation-kation dalam koloid tanah (bahan pengekstrak) berbeda (Hardjowigeno, 1985).
Tanah Alfisol Menyangkut Kesuburan Tanah
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B (Horison argilik) dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan Ultisol (pelapukan lanjut). Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-tempa dengan tingkat pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993).
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993).
Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk berkapur yang masih muda. Di daerah basah bahan induk biasanya lebih tua daripada di daerah dingin (Munir, 1984).
Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, cadangan unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 1993).
TANAH ANDISOL
Yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapih. Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur hara dan air yang tinggi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannyadengan material volkanik.
Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah diberi masukan amelioran (seperti pupuk anorganik). Andisol seringkali dimanfaatkan orang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung). Andisol diperkirakan meliputi sekitar 1% dari luas permukaan daratan dunia di luar daratan es.
TANAH ARIDISOL
Merupakan salah satu dari 12 perintah tanah di AS Taksonomi Tanah. Aridisols kering, tanah yang memiliki kandungan organik yang rendah dan jarang bervegetasi oleh tanaman kering atau garam. (Tidak termasuk dalam urutan ini adalah tanah yang terletak di daerah kutub atau tinggi-elevasi.) Iklim kering dan kandungan humus yang rendah membatasi arability mereka tanpa irigasi. Menutupi hanya sekitar setengah dari daerah kering Bumi, mereka mencatat 18,5 persen dari luas lahan nonpolar benua yang kedua setelah Inceptisols luasnya. Aridisols ada secara luas di Amerika Serikat barat daya dan Australia, Meksiko barat laut, dan
Aridisols (atau gurun tanah) adalah urutan taksonomi tanah di tanah Amerika Serikat. Aridisols (dari aridus Latin, "kering") yang terbentuk dalam iklim kering atau semi-arid. Aridisols mendominasi padang pasir dan shrublands xeric, yang menempati sekitar sepertiga dari permukaan tanah bumi. Aridisols memiliki konsentrasi yang sangat rendah bahan organik, mencerminkan kurangnya produksi vegetasi atas tanah kering. Kekurangan Air adalah mendefinisikan karakteristik utama Aridisols. Juga dibutuhkan adalah usia cukup untuk menunjukkan sub-tanah pelapukan dan pembentukan . pencucian Terbatas dalam Aridisols sering mengakibatkan satu atau lebih horizon bawah permukaan tanah yang ditangguhkan atau dilarutkan mineral telah diendapkan: lempung silikat, natrium, kalsium karbonat, gypsum atau garam larut. Subsoil jenis ini juga dapat dibekukan oleh karbonat, gipsum atau silika. Akumulasi garam di permukaan dapat mengakibatkan salinisasi.
TANAH ENTISOL
Terjadi di daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah; seperti daerah bukit pasir, daerah dengan kemiringan lahan yang curam, dan daerah dataran banjir. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini umumnya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan sayuran/palawija. Entisol diperkirakan terdapat sekitar 16% dari permukaan daratan bumi, di luar daratan es.
Macam – macam entisol
Aquents - tanah basah secara permanen atau biasanya terbentuk di tepi sungai, pasang surut dll Berikut hamparan lumpur, basah batas pembangunan umum.
Arents - tanah antropogenik: jenis ini diagnostik tidak bisa berkembang karena dalam pencampuran melalui membajak, spading, atau metode lain untuk bergerak oleh manusia.
Fluvents - tanah aluvial di mana pembangunan dicegah oleh pengendapan berulang endapan di banjir berkala. Ditemukan di lembah-lembah dan delta sungai, terutama mereka dengan beban sedimen yang tinggi.
Orthents - dangkal atau "tanah tulang". Ditemukan pada permukaan erosi terbaru atau sangat tua bentuklahan benar-benar bebas dari mineral lapuk.
Psamments - Entisols yang berpasir disemua lapisan dimana pengembangan dihindari dengan ketidakmungkinan pelapukan pasir. Terbentuk dari pergeseran atau bukit pasir glasial.
Paleopedologi
Kebanyakan fosil tanah sebelum perkembangan vegetasi terestrial di Siluria adalah Entisols, tidak menunjukkan horison tanah yang berbeda. Entisols telah berlimpah dalam masa paleopedological sejak saat itu, meskipun, tidak seperti pembentukan tanah lainnya (Oxisols, Ultisol, Gelisols misalnya) mereka tidak memiliki nilai sebagai indikator iklim - Orthents meskipun mungkin dalam beberapa kasus diindikasikan dari sebuah lanskap yang sangat tua dengan pembentukan tanah sangat sedikit (seperti pada di Australia).
TANAH GELLISOL
Gelisols merupakan urutan taksonomi tanah USDA. Mereka adalah tanah dari iklim yang sangat dingin yang didefinisikan sebagai mengandung lapisan es dalam waktu dua meter dari permukaan tanah. Kata "Gelisol" berasal dari bahasa Latin yang berarti gelare "untuk membekukan", merujuk pada proses cryoturbation yang terjadi dari pencairan bolak dan karakteristik pembekuan Gelisols.
Di PBB Organisasi Pangan dan Pertanian sistem klasifikasi tanah, Gelisols dikenal sebagai Cryosols.
Secara struktural, Gelisols tidak memiliki horizon B dan memiliki horison A berada di lapisan es. Karena tanah bahan organik terakumulasi di lapisan atas, Gelisols kebanyakan hitam atau coklat tua dalam warna tanah, diikuti oleh lapisan mineral dangkal. Meskipun pengaruh glaciation di sebagian besar wilayah di mana Gelisols terjadi, kimia mereka sangat tidak subur karena nutrisi, terutama kalsium dan potasium, sangat mudah tercuci di atas lapisan es. permafrost ini sangat membatasi penggunaan rekayasa Gelisols, sebagai struktur besar (misalnya bangunan) mereda sebagai bumi mencair beku ketika mereka diletakkan pada tempatnya.
Gelisols ditemukan terutama di Siberia, Alaska dan Kanada. daerah yang lebih kecil ditemukan di Andes (terutama dekat persimpangan antara Chili, Bolivia dan Argentina), Tibet, Skandinavia utara dan bagian-bagian yang bebas es Greenland dan Antartika. Fosil Gelisols dikenal dari sejauh zaman es Prakambrium 900 juta tahun yang lalu.
Dalam taksonomi tanah USDA, Gelisols dibagi menjadi:
Histels: tanah organik serupa dengan Histosols kecuali bahwa mereka memiliki permafrost dalam 2 meter di bawah permukaan tanah. Mereka memiliki 80% atau bahan organik lebih dari permukaan tanah hingga kedalaman 50 cm atau lapisan glacic atau hubungi densic, litik, atau paralithic, mana yang lebih dangkal. Tanah ini terjadi predominantely di Subarctic dan Arctic Rendah wilayah permafrost kontinyu atau luas. Kurang dari sepertiga dari lapisan aktif (tanah antara permukaan tanah dan daerah permafrost) atau lapisan es yang paling sedikit 30 cm telah cryoturbated.
Turbels: tanah yang menunjukkan pengaruh ditandai cryoturbation (lebih dari sepertiga dari kedalaman lapisan aktif) seperti batas horison yang tidak teratur, rusak, atau menyimpang dan involutions dan area dengan tanah bermotif. Mereka umumnya mengandung mineral, organik dan intrusi mineral dan fragmen batuan berorientasi. Akumulasi materi organik di atas irisan permafrost dan es adalah fitur-fitur umum. Turbels terjadi terutama di zona lapisan es terus-menerus.
Orthels: tanah yang menunjukkan cryoturbation sedikit atau tidak ada (kurang dari sepertiga dari kedalaman lapisan aktif). tanah berpola (kecuali untuk poligon) umumnya adalah kurang. Orthels terjadi terutama dalam zona permafrost terputus, dan di daerah pegunungan.
TANAH HISTOSOL
Merupakan tanah yang mengandung bahan organik tinggi dan tidak mengalami permafrost. Kebanyakan selalu dalam keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol biasa disebut sebagai gambut. Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Penggunaan Histosol paling ekstensif adalah sebagai lahan pertanian, terutama untuk tanaman sayur-sayuran seperti buncis, kacang panjang, bayam, dan lain-lain. Histosol menyusun sekitar 1% dari daratan dunia.
Histosol (tanah organic) asal bahasa yunani histories artinya jaringan. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut.
Histosol mempunyai kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air.
Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence).
Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat kematangan lanjut.
Dalam tingkat klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai tanah-tanah Trophemist dan Troposaprist. Penyebaran tanah ini berada pada daerah rawa belakangan dekat sungai, daerah yang dataran yang telah diusahakan sebagai areal perkebunan kelapa dan dibawah vegetasi Mangrove dan Nipah.
Secara umum definisi tanah gambut adalah:
“Tanah yang jenuh air dan tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisasisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru (Taksonomi tanah), tanah gambut disebut sebagai Histosols (histos = jaringan ).”
Penyebaran tanah gambut biasanya mengikuti pola landform yang terbentuk diantara dua sungai besar, diantaranya berupa dataran rawa pasang surut dan dataran gambut (dome). Landform tersebut terletak dibelakang tanggul sungai (leeve). Tanah gambut yang menyebar langsung di belakang tanggul sungai dan dipengaruhi oleh luapan air sungai disebut gambut topogen, sedangkan yang terletak jauh di pedalaman dan hanya dipengaruhi oleh air hujan biasa disebut gambut ombrogen. c. Proses Pembentukan Tanah gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan organik melebihi proses mineralisasi yang biasanya terjadi pada kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi oksigen dalam tanah terhambat. Hal tersebut akan memperlambat proses dekomposisi bahan organik dan akhirnya bahan organik itu akan menumpuk (Chotimah, 2002). Gambut terbentuk dari seresah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Di dataran rendah dan daerah pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan seresah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan gambut ombrogen yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen di Indonesia terbentuk dari seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaannya rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi (Radjagukguk, 1990). d. Karakteristik Gambut
Analisis laboratorium bahan organik dinyatakan dalam kadar karbon 12-18% atau lebih. Makin tinggi kadar karbon, bahan organik dapat dikatakan masih segar, sedangkan makin kecil kadar karbon maka bahan organik makin lanjut pelapukannya dan disebut dengan humus (Rismunandar, 2001). Tanah gambut di Indonesia pada umunya mempunyai reaksi kemasaman tanah (pH) yang rendah, yaitu antara 3,0 – 5,0 (Hardjowigeno, 1996). Hasil analisis di berbagai wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, memperlihatkan bahwa Histosols menunjukkan reaksi tanah masam ekstrim (pH 3,5 atau kurang) sampai sangat masam sekali (pH 3,6 – 4,5). Kandungan bahan organik di seluruh lapisan, sangat tinggi ( 6 – 91 %) dan kandungan nitrogen di seluruh lapisan gambut, sebagian besar, juga sangat tinggi (>75 %), rasio C/N tergolong tinggi sampai sangat tinggi (16 – 69), yang berarti walaupun kandungan N tinggi, tetapi dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Kandungan P dan K-potensial lapisan atas (0 -50 cm) sedang sampai tinggi, lebih baik dari pada lapisan bawah yang umumnya rendah. Pada gambut dangkal dan gambur eutrofik kandungan potensial kedua unsur tersebut termasuk sedang sampai tinggi. Kriteria kadar abu dari Fliescher in Widjaja-Adhi (1986) yang menyatakan bahwa gambut eutropik, mesotropik, dan oligotropik mempunyai kadar abu masing-masing sekitar 10,5 dan 2 %. Jumlah basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K, dan Na) sebagian besar tergolong sangat rendah sampai rendah. KTK tanah karena kandungan bahan organik tinggi, semuanya menunjukkan nilai sangat tinggi (60 – 350 Cmol(+)kg-1 tanah. Namun sebaliknya, KB-nya semuanya
termasuk sangat rendah (1-5%). Dengan demikian, disimpulkan bahwa potensi kesuburan alami tanah gambut adalah sangat rendah sampai rendah. Tanah gambut memiliki berat isi yang rendah berkisar antara 0,05 – 0,25 gcm-3, semakin lemah tingkat dekomposisinya semakin rendah berat isi (BD), sehingga daya topang terhadap bebadan diatasnya seperpti tanmana, banguanan irigasi, jalan, dan mesin-mesin pertanian adalah rendah. Gambut yang sudah direklamasi akan lebih padat dengan berat isi antara 0,1 – 0,4 gcm-3 (Subagyono et al., 1997). Porositas tanah tinggi, penyusutan volume tanah gambut (irreversible) sehingga mudah terbakar, dan apabila tergenang akan mengembang dan hanyut terbawa arus. Menurut Subagjo (2002), tanah gambut mempunyai pori-pori dan kapiler yang tinggi, sehingga mempunyai daya menahan air yang sangat besar. Dalam keadaan jenuh kandungan air tanah gambut dapat mencapai 4,50-30 kali bobot keringnya. Pada kondisi gambut pada musim kemarau, tanah gambut masih tetap lembab dengan kadar air tinggi. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pengambilan sampel pada kondisi lembab akan lebih mendekati keadaan di lapangan. Sifat fisik juga sangat berkaitan dengan aspek teknik pembangunan rumah, pembuatan dan pemeliharaan jalan, serta pembuatan saluran drainase dan irigasi (Widjaja, 1984). Kualitas tanah gambut sangat bergantung pada vegetasi yang menghasilkan bahan organik pembentuk tanah gambut, bahan mineral yang berada dibawahnya, faktor lingkungan tempat terbentuknya tanah gambut dan proses pembentukan tanahnya.
Tanpa memandang tingkat dekomposisinya, gambut dikelaskan sesuai dengan bahan induknya menjadi tiga (Buckman dan Brady, 1982) yaitu :
Gambut endapan; Gambut endapan biasanya tertimbun di dalam air yang relatif dalam. Karena itu umumnya terdapat jelas di profil bagian bawah. Meskipun demikian, kadang-kadang tercampur dengan tipe gambut lainnya jika lebih dekat dengan permukaan. Gambut ini berciri kompak dan kenyal serta bewarna hijau tua jika masih dalam keadaan aslinya. Kalau kering gambut ini menyerap air sangat lambat dan bertahan tetap dalam keadaan sangat keras dan bergumpal. Gambut ini tidak dikehendaki, karena sifat fisiknya yang tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman.
Gambut berserat; Gambut ini mempunyai kemampuan mengikat air tinggi dan dapat menunjukan berbagai derajat dekomposisi. Gambut berserat mungkin terdapat dipermukaan timbunan bahan organik yang belum terdekomposisi, sebagian atau seluruhnya terdapat dalam profil bawah, biasanya terlihat di atas endapan.
Gambut kayuan; Gambut kayuan biasanya terdapat dipermukaan timbunan organik. Gambut ini bewarna coklat atau hitam jika basah, sesuai dengan sifat humifikasinya. Kemampuan mengikat air rendah, oleh karena itu gambut kayuan kurang sesuai digunakan untuk persemaian.
Menurut Darmawijaya (180) berdasarkan faktor pembentukannya, gambut digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Gambut ombrogen; Gambut ombrogen terbentuk karena pengaruh curah hujan yang tinggi, dengan air yang tergenang, tanpa perbedaan musim yang mencolok dan pada daerah tropika yang lebat dengan curah hujan lebih dari 3000 mm tiap tahun. Bersifat sangat masam dengan pH 3,0 – 4,5.
Gambut topogen; Gambut topogen terbentuk karena pengaruh topografi, berasal dari tanaman paku-pakuan dan semak belukar dan mempunyai pH yang relatif tinggi.
Gambut pegunungan; Gambut ini terbentuk karena ketinggian tempat gambut, di daerah katulistiwa hanya terbentuk di daerah pegunungan dan iklimnya menyerupai iklim di daerh sedang dengan vegetasi utamanya Sphagnum.
Bahan organik pada tanah gambut dibedakan atas tiga macam (Rosmarkam et al., 1988) yaitu :
o Fibric yang tingkat dekomposisinya masih rendah, sehingga masih banyak mengandung serabut, berat jenis sangat rendah (kurang dari 0,1), kadar air banyak, berwarna kuning sampai pucat.
o Hemic merupakan peralihan dengan tingkat dekomposisi sedang, masih banyak mengandung serabut, berat jenis antara 0,07 – 0,18, kadar air banyak, berwarna coklat muda sampai coklat tua.
o Sapric yang dekomposisinya paling lanjut, kurang mengandung serabut, berat jenis 0,2 atau lebih, kadar air tidak terlalu banyak dengan warna hitam dan coklat kelam.
Tanah gambut di Indonesia sangat bervariasi tingkat kesuburannya. Gambut pantai umumnya merupakan gambut topogenous atau mesogenous, sebagian besar tergolong kedalam eutropik atau mesogenous, karena memperoleh tambahan unsur lain dari luar yaitu yang dibawa air pasang. Sedangkan gambut pedalaman pada umumnya merupakan gambut ombrogenous atau mesogenous yang termasuk kedalam oligotropik (Polak, 1975).
TANAH INCEPTISOL
Adalah tanah-tanah yang menyebar mulai di lingkungan iklim semiarid (agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan tanah yang tergolong sedang . Umumnya tanah ini bekembang dari formasi geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian yang terbentuk dari batuan sedimen seperti batu pasir (sandstone), batu lanau (siltstone), atau batu liat (claystone). Pemanfaatannya pun oleh manusia bervariasi sangat luas pula, mulai untuk bercocok tanam hortikultura tanaman pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan perkebunan besar seperti sawit, kakao, kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah yang eksotis, dikembangkan pula untuk agrowisata. Inceptisol menyusun sekitar 17% dari tanah dunia di luar daratan es. Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,1993)
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)
TANAH MOLLISOL
Mollisols adalah bagian tanah di taksonomi tanah USDA. Mollisols ada di daerah semi-kering untuk wilayah semi-lembab, biasanya di bawah penutup padang rumput. Mereka yang paling sering ditemukan dalam-lintang pertengahan, yaitu di Amerika Utara, sebagian besar di sebelah timur Pegunungan Rocky, di Amerika Selatan di Argentina (Pampas) dan Brazil, dan di Asia di Mongolia dan Rusia Padang. bahan induk mereka biasanya dasar-kaya dan gampingan dan mencakup batu gamping, loess, atau pasir tertiup angin. Utama proses yang mengarah pada pembentukan Mollisols padang rumput yang melanisation, dekomposisi, humification dan pedoturbation.
Mollisols telah mendalam, bahan organik tinggi, diperkaya gizi-permukaan tanah (horizon A), biasanya antara 60-80 cm. Permukaan horison ini subur, dikenal sebagai epipedon mollic, adalah fitur diagnostik mendefinisikan Mollisols. epipedons Mollic hasil dari penambahan jangka panjang dari bahan organik berasal dari akar tanaman, dan biasanya memiliki lembut, butiran, struktur tanah.
Mollisols terjadi pada savana dan lembah-lembah pegunungan (seperti Asia Tengah, atau Amerika Utara Great Plains). Lingkungan ini secara historis sangat dipengaruhi oleh kebakaran dan pedoturbation berlimpah dari organisme seperti semut dan cacing bumi. Diperkirakan bahwa pada tahun 2003, hanya 14 hingga 26 persen dari ekosistem padang rumput masih tetap dalam keadaan yang relatif alami (yaitu, mereka tidak digunakan untuk pertanian karena kesuburan horison A). Secara global, mereka mewakili ~ 7% dari luas daratan bebas es. Sebagai rangka tanah pertanian paling produktif di dunia, yang Mollisols merupakan salah satu perintah tanah lebih ekonomis penting.
Meskipun sebagian besar perintah tanah lainnya dikenal saat ini ada pada waktu Zaman Es Karbon 280 juta tahun yang lalu, Mollisols tidak dikenal dari catatan paleopedological lebih awal dari Eosen. pembangunan mereka sangat erat berkaitan dengan pendinginan dan pengeringan iklim global yang terjadi selama Oligosen, Miosen dan Pliosen
TANAH OXIOL
Golongan/ordo Oksisol meliputi 35% luasan, biasanya terdapat pada daerah lembab yang mengalami tingkat pelapukan dan pencucian tinggi. Tanah ini juga didominasi oleh mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi dan alumunium tinggi. Dapat dicirikan dengan oleh tingkat kemasaman yang tinggi, level unsur-unsur Ca, K dan Mg rendah, Defisiensi unsur N, P, K, Ca dan Mg umum dijumpai di lapang, kadar lengas dan kapasitas simpan lengas tanah rendah dan rentan terhadap erosi. Sifat/karakteristik seperti dimiliki oleh tanah-tanah yang didominasi Oksisol, menyebabkan produktivitas atau kesuburan tanahnya rendah , sehingga menjadi kendala dalam pengembangannya. Selain mempunyai tingkat kesuburan rendah, umumnya lahan kering memiliki kelerengan curam, dan kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar terdapat di wilayah bergunung (kelerengan > 30%) dan berbukit (kelerengan 15−30%), dengan luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha. Lahan kering berlereng curam sangat peka terhadap erosi, terutama apabila diusahakan untuk tanaman pangan semusim. Keterbatasan air pada lahan kering juga mengakibatkan usaha tani tidak dapat dilakukan sepanjang tahun.Ditinjau dari segi luasannya, potensi lahan kering tergolong tinggi dan masih perlu mendapat perhatian yang lebih bagi pengembangannya, namun apabila ditinjau dari sifat/ karakteristik lahan kering seperti diuraikan tersebut di atas, sangat menjadi kendala dalam pengembangannya.
Reaksi jenis tanah ini adalah masam, kandungan Al yang tinggi, unsur hara rendah, sehingga diperlukan pengapuran dan pemupukan serta pengelolaan yang baik agar tanah dapat menjadi produktif dan tidak rusak. Oxisol meliputi sekitar 8% dari daratan dunia. Adapun di Indonesia, banyak dijumpai di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
TANAH SPODSOL
Spodosol berasal dari kata spodos dan sol. Spodos berasal dari bahasa Yunani yang berarti abu, sedangkan sol (solum) berasal dari bahasa Latin yang berarti tanah. Spodosol adalah tanah yang memiliki horison spodik pada kedalaman kurang dari 2 m.
Horison tanah adalah : lapisan yang kira-kira sejajar dengan permukaan tanah. Ia memiliki sekumpulan sifat yang dihasilkan oleh proses pembentukan tanah, dan memiliki beberapa sifat yang tidak terdapat dilapisan atas ataupun dibawahnya.
Horison Spodik adalah : horison penimbunan (iluviasi) dengan 85% bahan spodik, tebal 2,5 cm.
Bahan Spodik adalah : bahan tanah mineral yang didominasi oleh bahan amorf aktif yang bersifat iluvial yang tersusun oleh bahan organik Al, dengan atau tanpa Fe ; pH H2O 5,9 : C-organik 0,6. Mempunyai nilai ODOE (optical density of oxalate exctract) sebesar 0,25 dan nilai tersebut biasanya minimal 2 kali lipat dari nilai ODOE didalam horison eluvial (pencucian) diatasnya.
Dari penjelasan diatas dapat di buat hipotesis sebagai berikut:
Ho : proses pembentukan horison spodik tidak menyebabkan terbentuknya tanah Spodosol
H1 : proses pembentukan horison spodik menyebabkan terbentuknya tanah Spodosol.
SIFAT-SIFAT DAN PENYEBARAN SPODOSOL
Syarat-syarat Terbentuknya Spodosol
Tanah Spodosol dicirikan oleh adanya lapisan pasir masam berwarna putih abu-abu (horison albik/putih) diatas lapisan lempung berpasir yang berwarna gelap. Terbentuknya tanah ini pada bahan induk pasir kursa dipercepat oleh adanya vegetasi yang menghasilkan serasah masam. Senyawa-senyawa organik dipermukaan tercuci kebawah bersama air perlokasi sehingga permukaan tanah berwarna terang, sedangkan horison bawah menjadi berwarna gelap karena terjadinya selaput organik pada butir-butir tanah. Walaupun demikian berdasarkan atas banyaknya variasi tanah Spodosol dan penyebarannya diberbagai zone iklim, proses yang sebenarnya terjadi tampaknya tidak begitu sederhana (Hardjowigeno, 1993).
Proses Pembentukan Tanah
Horison penciri Spodosol adalah adanya horison spodik yang berwarna gelap dibawah horison albik. Pada horison spodik menghasilkan suatu akumulasi Fe, Al dan/atau bahan organik (podsolisasi).
Faktor-faktor Pembentukan Tanah
Faktor-faktor pembentukan tanah yang mempengaruhi pembentukan Spodosol adalah :
1. Bahan induk : umumnya berlempung sampai berpasir
2. Iklim : umumnya boreal (dingin) atau iklim lain
3. Topografi : datar
4. Vegetasi : conifer (berdaun jarum), atau campuran conifer dan deciduous (berdaun
lebar)
5. Waktu : 200-2000 tahun (Hardjowigeno, 1993)
Sifat-sifat Spodosol
Sifat-sifat Spodosol umumnya mempunyai reaksi tanah (pH) masam, miskin basa-basa dapat dipertukarkan, unsur hara dan kapasitas tukar kation rendah, teksturnya kasar berdebu - berpasir yang tidak mempunyai muatan umumnya didominasi pasir kuarsa yang miskin, bulk density Fe dan Al di horison spodik, dan daya memegang air rendah, serta kesuburan yang rendah.
Penyebaran Tanah Spodosol
Penyebaran Spodosol terdapat pada berbagai iklim mulai dari dataran rendah pantai (coastal low land) sampai ke pegunungan tinggi. Spodosol pada dataran rendah coastal terdapat pada beach ridge (punggung pantai). Di Indonesia Spodosol yang terdapat didaerah ini disebut sebagai : podsol air tanah, sedangkan menurut Soil Taxonomy US. Setara dengan Aquad (Spodosol yang mempunyai regim kelembaban akuik/air). Sedangkan pada daerah pegunungan tinggi seperti di Nepal (Guggenberger, Baumler dan Zech, 1998) dinamai dengan Cryod (Spodosol dengan regim temperatur cryik/sangat dingin).
Adapun bahan induk umumnya berlempung sampai berpasir, tetapi ada juga Spodosol yang berkembang dari tekstur berdebu seperti di Sabuk Alpine Rondane Norwegia, walaupun demikian dia mempunyai kapasitas sangga yang rendah seperti Sparagmite (Stutzer, 1999).
Pembentukan tanah dipegunungan Khumbu Himal Nepal dalam suatu profil tanah terdapat lebih dari satu bahan induk yang disebut dengan diskontinuitas litologi yaitu : perubahan yang nyata dalam distribusi besar butir atau susunan mineralogi (Guggenberger etal., 1998).
Disamping itu tanah spodosol mempunyai sifat yang khas yaitu adanya bisequum yaitu : dalam suatu profil terjadi dua proses yang berbeda. Sequum I terjadi karena proses pelapukan bahan induk, sedangkan sequum II terbentuk dari tanah yang sudah ada secara suksesif. Dalam penelitian di daerah Bacho Thailand dijumpai Spodosol dengan bisequum (Yonebayashi dan Nomura dalam Kyuma, Vijarnsorn dan Zakaria, 1992).
Di Suriname ditemukan giant podsol dengan horison albik setebal 3 m, dan di dataran pantai North Carolina US, ditemukan Spodosol dengan horison Spodik setebal 9 m (Hardjowigen, 1993).
Pada Spodosol vegetasi yang tumbuh umumnya tanaman berdaun jarum, disamping itu dijumpai juga semak kerdil, lichen dan bercampur dengan tanaman berdaun lebar. Menurut penelitian Stutzer (1999) dipegunungan Rondane Norwegia dengan nama Orthod (true Spodosol) pada sabuk alpine rendah dengan ketinggian 1100 m dpl. didominasi oleh tanaman berdaun jarum, alpine tengah dengan ketinggian 1260 m dpl. didominasi dengan belukar kerdil seperti Birch, Crowberry, Heath, dan Rush Family, sedangkan pada alpine tinggi dengan ketinggian 1600 m dpl. didominasi oleh lichen (jamur kerak).
Sedangkan menurut Kyuma dan Vijarnsorn (dalam Kyuma etal., 1992) di propinsi Narathiwat Thailand yang terdapat didaerah beach ridge dengan nama Tropaquod (Spodosol yang dipengaruhi air tanah) vegetasinya didominasi oleh Melaleuca leucadendrom (Myrtle Family).
Pada daerah Alger County Michigan (US) terjadinya deforestasi akibat penebangan pohon Oak selama seabad (100 tahun), sehingga tinggal Stump-praire, sehingga terjadi penurunan proses podsolisasi (depodsolisasi) pada tanah spodosol (Barrett dan Schaetzl, 1998)
PENGGUNAAN SPODOSOL
Tanah Spodosol tropika seperti di Indonesia, Malaysia dan Thailand terbentuk pada dune dan deposit teras marin berpasir. Vegetasi alaminya miskin, kerdil dan jarang yang terdiri dari tanaman campuran yang disebut : kerangas. Setelah tanah dibuka tumbuh Melaleuca leucadendron, di Indonesia dan Malaysia disebut gelam, sedang di Thailand disebut samet yang relatif tahan terhadap kondisi tanah yang jelek. Di Malaysia pada tanah ini ditanami dengan jambu mete (Cashew nut) dan kelapa (Kyuma dan Vijarnsorn dalam Kyuma etal., 1992)
Selain menurut Hardjowigeno (1993) Spodosol banyak digunakan sebagai hutan dan untuk daerah rumput makanan ternak (pasture)serta tempat rekreasi. Tanaman yang biasa ditanam di daerah ini adalah kentang, jagung, apel, strowberi, rasberi dan lain-lain.
PENGELOLAAN SPODOSOL
Kendala utama dalam penggunaan tanah Spodosol di Thailand adalah kekurangan air, ini disebabkan karena kapasitas memegang air dari tanah berpasir sangat rendah. Beberapa ameliorasi dicobakan untuk memperbaiki kekurangan air selama musim kering pada daerah Narathiwat yang sebagian besar tidak mempunyai sistem irigasi (Nagano etal., 1992)
Dari data curah hujan yang ada menunjukkkan kekurangan air hujan merupakan problema yang serius untuk manajemen pertanian pada musim kering, maka penting untuk menjaga permukaan tanah tetap basah pada musim kering. Usaha-usaha yang mereka pakai adalah : dengan menggunakan vynil chloride film yang diatasnya diberi mulsa seperti sekam dan jerami yang berguna untuk :
a. Memotong pergerakan kapilaritas ke atas dari kualitas air yang jelek
b. Memungkinkan penggunaan dari presipitasi musim kering
c. Melindungi hara terbawa aliran permukaan
d. Memperpendek kontrol air pada lapisan bajak.
Pada daerah ini ditanami jagung manis, kacang-kacangan, semangka, lobak dan tomat.
Disamping vynil digunakan juga polymer buatan dengan absorpsi air tinggi yang dapat merubah kapasitas memegang air dari tanah selama musim kering (Mei, Juni, Juli dan Agustus)
TANAH ULTISOL
Ultisol, umum dikenal sebagai tanah liat merah, adalah salah satu dari dua belas perintah tanah di Amerka Serikat. Departemen Pertanian taksonomi tanah mendefinisikan sebagai tanah mineral yang tidak mengandung bahan gamping yng banyak di dalam tanah, memiliki mineral lapuk kurang dari 10% di lapisan atas tanah yang ekstrim, dan memiliki kejenuhan basa dikurangi 35% di seluruh tanah. Ultisol terjadi di daerah beriklim sedang atau tropis lembab. Sementara istilah ini biasanya diterapkan pada tanah liat merah dari Amerika Serikat Selatan, Ultisol juga ditemukan di daerah Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dalam Dunia Referensi Base untuk sistem Sumberdaya Tanah, Ultisol kebanyakan dikenal sebagai akrisol. Lain diklasifikasikan sebagai Lixisols atau Nitosols.
Kata "Ultisol" berasal dari "ultimate", karena Ultisol dipandang sebagai produk akhir dari pelapukan mineral terus menerus dalam iklim hangat lembab tanpa pembentukan tanah baru melalui glaciation.
Ultisol bervariasi dalam warna dari ungu-merah, orange kemerahan dengan terang-menyilaukan, untuk oranye pucat kekuningan-dan bahkan beberapa nada kekuningan-coklat tenang. Mereka biasanya cukup asam, sering memiliki pH kurang dari 5. Hasil warna merah dan kuning dari akumulasi oksida besi (karat) yang sangat tidak larut dalam air. Banyak nutrisi, seperti kalsium dan potasium, biasanya kekurangan Ultisol, adalah tidak dapat digunakan untuk pertanian menetap tanpa bantuan pupuk kapur dan lainnya seperti superfosfat. Mereka dapat dengan mudah lelah, dan memerlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dari Alfisols atau Mollisols. Namun, mereka dapat dibudidayakan di kisaran yang relatif luas kondisi kelembaban.
Ultisol dapat mengandung berbagai mineral tanah liat, tetapi dalam banyak kasus mineral yang dominan adalah kaolinit. tanah liat ini memiliki daya dukung yang baik dan tidak ada properti shrink-membengkak. Ultisol kaolinitik Akibatnya, baik dikeringkan seperti seri Cecil yang cocok untuk pembangunan perkotaan.
Ultisol adalah tanah yang dominan di Amerika Selatan (di mana seri Cecil yang paling terkenal), China tenggara, Asia Tenggara dan beberapa daerah subtropis dan tropis lainnya. batas utara mereka (kecuali tanah fosil) sangat tajam didefinisikan di Amerika Utara oleh batas-batas glaciation maksimal selama Pleistosen karena Ultisol biasanya mengambil ratusan ribu tahun untuk membentuk - jauh lebih lama dari panjang suatu periode interglasial hari ini.
Ultisol tertua yang diketahui dari periode Carboniferous ketika hutan pertama kali dikembangkan. Meskipun diketahui dari jauh di utara dari jangkauan mereka saat baru-baru ini sebagai Miosen, Ultisol mengejutkan jarang sebagai fosil secara keseluruhan, karena mereka akan telah diperkirakan akan sangat umum di Mesozoikum hangat dan paleoclimates Tersier.
Macam-macam Untisol
Aquults - Ultisol dengan dataran air pada atau dekat permukaan untuk sebagian besar tahun
Humults - Ultisol baik dikeringkan yang memiliki kandungan bahan organik tinggi
Udults - Ultisol dari iklim lembab
Ustults - Ultisol iklim semi kering dan subhumid
Xerults - Ultisol sedang dengan musim panas yang sangat kering dan musim dingin yang lembab
Mengingat beberapa kendala dari tanah Ultisol, baik ditinjau dari segi fisik, kimia, maupun biologinya, maka tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.Ultisol diperkirakan meliputi sekitar 8% dari lahan-lahan di dunia.
TANAH VERTISOL
Dalam kedua FAO dan taksonomi tanah Amerika Serikat, Vertisol adalah tanah di mana ada kandungan tinggi dari tanah ekspansif dikenal sebagai montmorilonit yang terbentuk retakan dalam di musim kering atau tahunan. Alternate menyusut dan pembengkakan menyebabkan diri mulsa, dimana material tanah konsisten campuran itu sendiri, menyebabkan vertisols memiliki horison A sangat dalam dan tidak ada horison B. (A tanah tanpa horizon B disebut A / tanah . Ini terbuat dari bahan yang dari dasar ke permukaan sering menimbulkan microrelief dikenal sebagai gilgai.
Vertisols biasanya terbentuk dari batuan yang sangat dasar seperti basalt di iklim yang lembab musiman atau tidak menentu kekeringan dan banjir, atau untuk drainase terhambat. Tergantung pada bahan induk dan iklim, mereka dapat berkisar dari abu-abu atau merah untuk yang lebih dikenal dalam hitam (dikenal sebagai bumi hitam di Australia, dan tanah kapas hitam di Afrika Timur).
Vertisols yang ditemukan antara 50 ° N dan 45 ° S khatulistiwa. area utama di mana vertisols yang dominan adalah timur Australia (khususnya pedalaman Queensland dan New South Wales), Dataran Tinggi Deccan India, dan bagian selatan Sudan, Ethiopia, Kenya, dan Chad (yang Gezira), dan Sungai Parana rendah di Amerika Selatan . daerah-daerah lain dimana vertisols yang dominan termasuk Texas selatan dan Meksiko yang berdekatan, timur laut Nigeria, Thrace, dan bagian dari Cina timur.
Vegetasi alami vertisols adalah padang rumput, savana, atau hutan berumput. Perilaku tekstur dan tidak stabil berat tanah membuat sulit bagi banyak jenis pohon tumbuh, dan hutan jarang terjadi.
Menyusutnya dan pembengkakan vertisols dapat merusak bangunan dan jalan, yang menyebabkan penurunan luas. Vertisols biasanya digunakan untuk penggembalaan sapi atau domba. Hal ini tidak diketahui untuk ternak menjadi terluka melalui jatuh ke celah-celah di masa kering. Sebaliknya, ungulates liar dan domestik banyak yang tidak ingin pindah pada tanah bila terendam. Namun, aktivitas shrink-membengkak memungkinkan pemulihan yang cepat dari pemadatan.
Ketika irigasi tersedia, tanaman seperti kapas, sorgum gandum, dan beras dapat ditanam. Vertisols sangat cocok untuk padi karena mereka hampir kedap saat jenuh. pertanian tadah hujan sangat sulit karena vertisols dapat bekerja hanya dalam jarak yang sangat sempit kondisi kelembaban: mereka sangat keras ketika kering dan sangat lengket bila basah. Namun, di Australia, vertisols sangat dihargai, karena mereka termasuk beberapa tanah yang tidak kekurangan fosfor . Beberapa, yang dikenal sebagai vertisols keras, memiliki kerak, tipis keras saat kering yang dapat bertahan selama 2 sampai 3 tahun sebelum mereka telah hancur cukup untuk memungkinkan penyemaian.
Dalam taksonomi tanah Amerika Serikat, vertisols dibagi menjadi:
Aquerts: Vertisols yang ada dikondisi aquic selama beberapa waktu di tahun paling dan menunjukkan fitur redoximorphic dikelompokkan sebagai Aquerts. Karena kandungan clay tinggi permeabilitas lambat dan kondisi aquic yang mungkin terjadi. Secara umum, ketika curah hujan melebihi evapotranspirasi ponding mungkin terjadi. Dalam kelembaban tanah besi kondisi basah dan mangan yang dimobilisasi dan berkurang. mangan mungkin sebagian berwarna gelap dari profil tanah.
Cryerts (tidak diklasifikasikan sebagai vertisols dalam klasifikasi FAO): Mereka memiliki rezim suhu tanah cryic. Cryerts yang paling luas di padang rumput dan transisi hutan-padang rumput zona dari Padang rumput Kanada dan di lintang serupa di Uni Soviet.
Xererts *: Mereka memiliki rezim suhu tanah termis, mesic, atau dingin. Mereka menunjukkan keretakan yang terbuka minimal 60 hari berturut-turut selama musim panas, tetapi ditutup setidaknya 60 hari berturut-turut selama musim dingin. Xererts yang paling luas di Mediterania timur dan bagian California.
Torrerts: Mereka telah retak yang tertutup bagi kurang dari 60 hari berturut-turut saat suhu tanah pada 50 cm di atas 8 ° C. Tanah ini tidak luas di AS, dan terjadi terutama di barat Texas, New Mexico, Arizona, dan South Dakota, tetapi adalah subordo Vertisols paling luas di Australia.
Usterts: Mereka telah membuat retakan yang terbuka selama minimal 90 hari kumulatif per tahun. Secara global, subordo ini adalah yang paling luas urutan Vertisols, meliputi Vertisols daerah tropis dan iklim musiman di Australia, India, dan Afrika. Di AS yang Usterts yang umum di Texas, Montana, Hawaii, dan California.
Uderts: Mereka telah retakan yang terbuka kurang dari 90 hari kumulatif per tahun dan kurang dari 60 hari berturut-turut selama musim panas. Di beberapa daerah, retakan hanya buka pada tahun-tahun kekeringan. Uderts adalah dari tingkat yang kecil secara global, yang paling berlimpah di Uruguay dan Argentina timur, tetapi juga ditemukan dalam bagian Queensland dan "Black Belt" dari Mississippi dan Alabama.
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBtiSuDU-Ry1QmT_j6OzIos2iSxb9wu1b04V16ojxR3emrdJ4SaoxmDQmDFx2Vg-GLGR7FyObgRWkd9hsSYVUQEJPDddPwJcqtaqPlL5Ezfka06cUW9txJ9PoAOHgp_8a7IBZSm_fRS0xk/s1600/gbsoil+r.jpg">
No comments:
Post a Comment